30 Agustus 2011

Perang Salib

Perang salib merupakan salah satu perang yang sangat besar dan terkenal di dunia ini. Perang ini sangat kental akan adanya unsur agama terutama islam dan kristen. Saya sendiri sangat kagum dan penasaran semua hal yang berhubungan dengan perang salib ini


Yang selama ini saya ketahui perang salib merupakan perang yang memperebutkan kota suci diYerusalem. Tapi dari sekian banyak yang saya baca, banyak unsur-unsur lain yang membuat perang ini terjadi. perang ini merupakan gabungan dari beberapa negara eropa seperti inggris, jerman, perancis, dll. 



 Perang Salib merupakan salah satu peristiwa pemberi warna kelam dalam perjalanan sejarah perjumpaan Islam dan Kristen, warna kelam ini tidak jarang mempengaruhi hubungan Islam Kristen hingga dewasa ini. Oleh sebab itu sangat penting untuk melihat dan mengambil pelajaran yang berarti dalam peristiwa ini untuk membangun suatu kehidupan bersama yang lebih damai dan jujur.

  1. Motivasi pelaksanaan Perang Salib (1096-1270/abad ke-11-13):
Peristiwa perang salib yang berlangsung kurang lebih 3 abad lamanya dan dalam bentuk 7 tahap dilatarbelakangi oleh motivasi yang berbeda-beda. Yang melatarbelakangi perang salib pertama sampai pada perang salib yang ke-3 paling tidak ada 2 faktor yang bagi para penguasa dan elit agama di Eropa dalam hal ini Paus (pimpinan gereja katolik) perlu untuk mengangkat pedang untuk menyatakan perang terhadap kekuatan Islam. Kedua faktor tersebut adalah:
    1. faktor internal yakni konflik internal Eropa: Sampai pada abad pertengahan, kekristenan (Gereja) bergandengan tangan dan menjalin hubungan yang mesra namun manipulatif dengan kekuasaan politik atau kekaisaran. Hubungan yang demikian praktis melahirkan konsekwensi tersendiri: agama dijadikan alat penglegitimasian kekuasaan dan demikian halnya sebaliknya politik dijadikan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan seperti otoritas keagamaan; interes politik menjadi interes agama dan sebaliknya; agama me- dan di- manipulasi oleh politik dan sebaliknya. Kekuatan politik dipakai untuk menghadapi lawan-lawan gereja seperti kelompok yang diklaim sebagai kafir dan kelompok sekte atau heresi.

Kekaisaran Byzantinum dalam ancaman penguasa Islam berbangsa Turki Seljuk dan Byzantinum mengalami kekalahan dalam peperangan tersebut. Akibat dari kekalahan ini, penguasa Byzantinum memohon bantuan militer kepada Paus Urbanus II. Permohonan bantuan ini dilihat sebagai momentum untuk mengatasi konflik antara kedua pusat kekristenan, yakni gereja Katolik dengan pusatnya Roma dengan gereja  Orthodox Timur Byzantinum dengan pusatnya Konstantinopel. Dengan kata lain dibalik perang terhadap penguasa Islam ada terselip maksud pemersatuan gereja barat dan timur. Maksud tersebut hingga dewasa ini tidak tercapai, sampai saat ini kedua pusat kekristenan: Gereja Katolik Roma dan Gereja Orthodox Timur masih terpisah.
Faktor lainnya adalah keberadaan Yerusalem. Sebelum perang salib yang pertama (sampai awal abad ke-11), Yerusalem berada dibawah kekuasaan Islam dalam hal ini dinasti Fatimiyya. Meskipun demikian Yerusalem masih menjadi tempat Ziarah yang paling populer bagi umat Kristen Eropa secara khusus pada abad ke-11. Pelaksanaan ziarah ke Yerusalem diberitakan mengalami gangguan dari pihak-pihak perampok. Dengan kata lain keamanan pelaksanaan ziarah ke kota suci tidak dapat lagi dijamin. Hal ini dilihat oleh pimpinan Gereja Katolik Roma untuk bentindak memberi keamanan kepada para peziarah bukan dengan cara damai melainkan dengan kekerasan yakni perang untuk merebut kota suci tersebut.

Motivasi perang salib ke-4 sampai ketujuh adalah merebut kembali Konstantinopel dan mempertahankan Yerusalem sebagai kota suci umat Kristen. Upaya ini gagal: Islam berhasil merebut kembali Yerusalem pada tahun 1244 dan mulai saat itu Yerusalem berada dibawah pemerintahan Islam sampai pembentukan negara Israel 1948 (dan sampai saat ini keberadaan Yerusalem menjadi persoalan yang serius antara palestina dan Israel); kemudian Konstantinopel jatuh ketangan dinasti Usmaniyya dan menjadi bagian dari Negara Turki sampai dewasa ini.

  1. Perang Salib: dari Yerusalem ke Konstantinopel
Ekspedisi militer tentara Salib yang pertama tiba dipantai Levant tahun 1096 dan menduduki Yerusalem dan beberapa daerah-daerah sekitar. Perang salib I ini berlangsung 3 tahun lamanya (1096-1099). Tahun  1144 salah satu daerah yang diduduki oleh tentara salib yakni Edessa direbut kembali oleh penguasa Islam yakni Atabeg dari Mosul. Perebutan ini menjadi alasan bagi pecahnya perang salib yang kedua 3 tahun kemudian yakni tahun 1147. Tentara salib mengalami kekalahan pada perang salib ke-dua. Tampilnya pemimpin kharismatik Islam sultan Salahuddin al-Ayyubi (sultan Saladin) yang berhasil mempersatukan Mesir dan Syria dibawah kekuasaannya berhasil pula memukul telak tentara salib dan merebut kembali kota suci Yerusalem pada tahun 1187.

Perebutan kembali Yerusalem oleh Sultan Saladdin dilihat oleh penguasa kristen barat sebagai malapetaka yang harus dijawab dengan perang salib berikutnya (PS III). Perang salib ke-3 tidak membuahkan kemajuan yang berarti sehingga pada akhirnya penguasa barat mengalihkan perhatian mereka ke Konstantinopel. Perang salib yang ke-4 dalam rangka merebut kembali Konstantinopel yang diduduki oleh penguasa Turki Seljuk. Peperangan yang brutal diakhiri dengan penguasaan tentara salib atas Konstantinopel tahun 1204. Sementara itupun upaya untuk mengambil alih Yerusalem tetap dilaksanakan setelah masa Sultan Saladin, tentara Salib pernah menduduki Yerusalem namun sangat singkat dan pada akhirnya Yerusalem kembali jatuh ditangan penguasa Islam.

Ketiga phase perang salib yang terakhir mencatat kekalahan dipihak tentara-tentara Kristen barat. Berakhirnya perang salib ditandai dengan keberhasilan penguasa Mamluk mengambilalih sisa-sisa daerah-daerah yang masih diduduki oleh tentara salib. Secara garis besar perang salib yang berlangsung 3 abad lamanya telah mencatat kegagalan dipihak barat melawan kekuatan Islam.

  1. Akibat: Ketegangan dan saling memperkaya
Tidak dapat disangkal bahwa warna kelam dari peristiwa tragedi kemanusiaan yang berkepanjangan ini telah memberi kontribusi yang cukup dominan dalam kelanjutan hubungan dan perjumpaan pengikut kedua agama besar ini di dunia. Goseran sejarah ini pun pernah bahkan bagi sebagian orang di Indonesia masih mewarnai hubungan umat Islam dan Kristen, meskipun secara tidak langsung masyarakat Indonesia tidak terlibat didalamnya, namun kedua agama yang dibawa ke Indonesia telah memiliki catatan sejarah yang kelam.

Namun tidak dapat disangkal pula bahwa perang salib telah melahirkan paradigma baru dalam hubungan Islam-Kristen. Bersamaan dengan hadirnya tentara-tentara salib didaerah-daerah Islam, berlangsung pula hubungan dagang antara wilayah-wilayah Kristen Eropa dengan pedagang Islam Arab. Hubungan ini anehnya tidak terputus akibat perang salib, malahan berjalan beriringan.



Kesimpulan

Yang menarik untuk dikaji adalah Yerusalem bagi bayak ahli sejarah dilihat sebagai faktor yang cukup dominan dalam penggagasan perang salib. sementara faktor penentu dalam hal ini adalah murni politik yakni upaya pembentengan diri dari ancaman yang sudah semakin mendekati jantung kekuasaan Eropa disatu sisi dan disisi lain adalah interes internal politik gereja (katolik) untuk menyatukan negara-negara kristen katolik yang pada saat itu tengah berperang. Sehingga perang salib digunakan sebagai alat untuk menyatukan gereja kristen barat (Roma) dan timur (konstantinopel).Secara keseluruhan saya melihat perang salib merupakan salah satu konsekwensi dari hubungan yang mesra dan manipulatif antara agama dan politik sehingga agama dalam kedekatannya dan keterikatannya dengan kekuatan politik tidak lagi mampu untuk keluar dari lingkaran yang menyesakkan untuk kembali memfungsikan diri sebagai kekuatan pendamai, kekuatan transformatif, kekuatan yang menghidupkan bahkan kekuatan yang memanusiakan.Dalam kondisi semacam itu agama menjadi atau dijadikan kekuatan yang manipulatif dan akibatnya adalah jatuhnya korban manusia yang tak terhitung jumlahnya dan kemanusiaan tercabik-cabik. Ini yang saya maksud dengan pelajaran yang dapat kita ambil dari sejarah yang kelam untuk tidak lagi mengulangnya hari ini dan di kemudian hari.




Perang salib juga dikenal dengan pasukan templar nya. Pasukan ini merupakan pasukan yang paling ditakuti pada saat itu. Sedikit ulasan yang dapat disampaikan: 
KNIGHT TEMPLAR! ordo ksatria Kristen yang paling ditakuti pada masa perang salib. Penemu sistim perbankan dan kartu kredit pertama di eropa di abad ke 13, menguasai tanah yang luas di eropa dan tanah suci, pendiri banyak sekali katedral gothik terkenal, diyakini sebagai penemu dan pengawal tabut perjanjian ( ark of covenant ) Musa, cawan perjamuan Kristus, Mandillon asli. Terjalin dengan tesis teori konspirasi mulai dari zaman Mesir kuno, sampai ke illuminati, freemasonry, dan one world order. Menguasai keuangan eropa pada abad pertengahan, merupakan ujung tombak pasukan Crusader di tanah suci, pendiri negara swiss, hingga akhirnya karena kekuatannya yang demikian besar pihak gereja Katolik saat itu berkonspirasi dengan raja perancis melakukan tuduhan palsu terhadap ordo tersebut.


Puncaknya pembantaian besar-besaran terhadap para Templar yg dilakukan oleh inkuisisi Roma dengan berbagai tuduhan mulai dari perilaku seks menyimpang hingga pemujaan terhadap Bahomet. Hari penangkapan para Templar yang jatuh di hari Jumat tgl 13 hingga kini dianggap sebagai hari sial di dunia barat. 

Latar Belakang
Templar dibentuk oleh 8 orang ksatria frankish (perancis) dibawah pimpinan Hughues De Payen atas restu raja Baldwin (penguasa Yerusalem). Nama mereka yaitu 'The Poor Knights of the Temple of Solomon' diambil dari markas pertama mereka yang terletak di kompleks bekas kuil raja Salomo (Sulaiman). Dome of Rock atau Masjid Al-Aqsa sempat dijadikan pusat administrasi para Templar saat itu. Sejarawan modern telah menemukan bukti fisik tentang adanya ekskavasi (penggalian) yang dilakukan para Templar di lokasi itu. Jadi bisa dikatakan misi arkeologi modern yg pernah dilakukan guna mencari ark of covenant (tabut perjanjian Musa) telah didahului para Templar hampir seribu tahun lalu.

Pemimpin Templar disebut Grand Master ( Jacques De Molay adalah Grand Master yg terakhir ). Sebagai organisasi militer, Templar memiliki daerah teritori sendiri dan menarik pajak perlindungan buat pedagang-pedagang yang melewati wilayahnya. Sebagai ordo kerahiban, Templar berhak menerima donasi ataupun persembahan dari jemaat yang dilayani mereka. Karena dualismenya itu, Templar dibebaskan dari pajak kepada penguasa/raja wilayah dimana mereka bertempat karena status istimewanya itu Templar juga dibebaskan dari kewajiban menyetor hasil persembahan kepada keuskupan wilayah. Pada zaman kejayaannya Templar memiliki puluhan kastil dan biara yang tersebar dari Skotlandia hingga ke daerah tanah suci (palestina).

Komunitas Templar
Dalam Ordo Templar, untuk menjadi Full Knights, seseorang haruslah berasal dari kaum bangsawan ( keluarga Duke, Baron, Counts, etc ). Kemudian mereka haruslah melepas kebangsawanannya, menyerahkan keseluruhan harta mereka kepada Ordo dan mengikuti kehidupan biarawan yg ketat dan tegas.
Peraturan yang harus mereka jalani adalah : 

Ksatria Templar dalam pertempuran, haram hukumnya untuk mundur kecuali kalah dalam jumlah lebih dari 1 : 3, Jadi apabila jumlah Templar 300 dan musuh berjumlah 900, maka Templar tidak akan dan dilarang untuk mundur.
Perintah mundur itu pun hanya dilakukan oleh Grand Master atau pemimpin kontingen di saat itu
Templar senantiasa mengibarkan Standar Banner mereka yg disebut ' Beausant ' dan selama standart banner itu berkibar, berarti jumlah musuh masih 1:3 atau seorang ksatria Templar tetap wajib untuk bertempur.
Templar selalu berpedoman pada doktrin :" The First To Charge on Enemy and The Last To Retreat " yang diadopsi oleh US.Marine dalam hymne US. Marine :"..From The Halls of Montezuma.......the first to fight...tha last to retreat"
Seorang templar harus berkaul kekal. bahkan sejak menjadi Templar hingga mati mereka diharamkan melepas celananya ( bahkan untuk mandi sekalipun!) kecuali pada saat terpaksa harus menggantinya karena sobek atau rusak.
Di Perang Salib
Disaat perang salib, Templar adalah ksatria eropa yg paling ditakuti kaum muslim. Sedemikian takutnya hingga Sultan Salladin ( Salahudin Al Ayubi ) yang terkenal akan kebijaksanaan dan belas kasihnya itu tidak memberikaan pengampunan bagi satupun ksatria Templar yg tertawan setelah kekalahan di perang Hatiin. Para ksatria Templar itu dianggap terlalu berbahaya bahkan untuk menjadi tawanan sekalipun.

" Beau Sant ! " adalah seruan perang kaum Templar yg selalu mengiringi serangan kavaleri mereka. Templar selalu berada digaris depan dalam tiap pertempuran semasa perang salib ( Crusades). Mereka memiliki peraturan yang ketat dalam bertempur. Antara lain adalah selalu menyerang paling depan, dan (apabila terpaksa) selalu menjadi yang paling akhir untuk mundur. Seorang ksatria Templar diharamkan untuk lari dari hadapan musuh, dan hanya diperbolehkan mundur apabila jumlah musuh lebih banyak 1:3 dari jumlah mereka.

Sejarah mencatat suatu peristiwa yang menggambarkan keberanian mereka yaitu dalam pertempuran Nazareth ( The battle of Nazareth ) dimana ketika itu kerajaan latin (Eropa) yang berpusat di Yerusalem sedang dalam gencatan senjata dengan pihak muslim dibawah pimpinan Saladin. Ketika itu Saladin meminta izin pada pihak kristen untuk melakukan eksplorasi dan survei didaerah Nazaret. Izin itu diberikan dengan syarat tidak ada seorang nasrani-pun yang diserang dan kaum muslim menaati-nya.
Bagitu berita itu tiba di garnisun templar didaerah itu, Grand Master saat itu Gerard De Ridefort langsung memerintahkan penyerangan terhadap kontingen Arab tersebut. De Ridefort dikenal sebagai salah satu Grand Master yang paling militan dan agresif. 300 ksatria berkuda dipimpinnya ke Nazaret dan bertemu dengan pasukan ekspedisi Arab dibawah pimpinan Mahmoud Al Afdhal, putra dari Saladin yang jumlahnya 7000 prajurit dan kavaleri. Dengan perbandingan lebih dari 1:20, para ksatria Templar menyerang musuh mereka tanpa memperhatikan jumlah. Pertempuran itu jelas dimenangkan pasukan Arab dan hanya menyisakan 3 ksatria Templar yang selamat (termasuk Grand Master Ridefort) tapi menunjukan keberanian yang luar biasa dari para rahib-ksatria itu.

Pemusnahan Ordo Templar
Seperti 'ciri khas' Inquisitor di abad pertengahan, para kaum Templar di fitnah dgn bermacam tuduhan mulai dari menyembah tengkorak-sodomi hingga menginjak salib.
Sebuah kebiasaan dari Gereja Katolik yang terkenal sangat korup dan penuh kolusi di abad pertengahan ( tuduhan yg sama juga dialamatkan pada Joan of Arc )

Alasannya jelas bahwa, ordo Templar merupakan ordo paling kuat dan kaya dimasa itu.Gereja Katolik merasa iri karena penguasaan banyak sekali kapel dan kastil oleh Templar, belum lagi relik-relik suci mulai dari kain Kafan Turin, Mandylon (lukisan darah wajah Yesus) hingga cawan perjamuan terakhir dan Tabut perjanjian Musa (Ark of Covenant) yang paling dicari sepanjang masa itu. Sementara raja Phillip menghasut Paus karena dia sedang memiliki hutang yang besar terhadap kaum Templar.

Namun tidak satupun harta maupun relik kudus yg ditemukan kecuali ratusan Ksatria yang (anehnya) sukarela menyerahkan diri mengalami siksaan dengan tuduhan palsu tersebut. Para ahli banyak menduga bahwa ratusan ksatria tersebut sengaja berkorban untuk melindungi Relik paling suci mereka yaitu 'The Holly Grail' dan "The Ark of Covenant". Hal itu dipicu dengan menghilangnya seluruh armada Templar dari pantai Perancis malam sebelum penangkapan tersebut.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar